Menjadi bagian dari masa lalumu adalah sesuatu yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Jangankan menjadi bagian dari masa lalu, menjadi bagian dari masa depan atau masa sekarangmu saja bukanlah sesuatu yang pernah terpikirkan.
Mengenalmu sebenarnya bukan sesuatu yang istimewa. Aku mengenalmu lewat cerita-cerita yang kerap kudengar. Lewat tulisan-tulisanmu yang kerap kubaca.
Sebelumnya, tak pernah dengan sengaja aku mencari-cari. Kau dalam hidupku bukan sesuatu yang terpikirkan. Kau dalam hidupku hanya kenalan, kenalannya kenalan yang kebetulan saja sering kudengar ceritanya.
Lalu, saat dunia mempertemukan kita berdua, itu bukan rencanaku. Bisa jadi itu rencana dunia.
Kemudian, aku dan kau menjadi kita. Berteman dengan angin malam. Berteman dengan lembab hujan setiap sore. Berteman dengan sejuk embun pagi hari. Ada aku di setiap cerita tentangmu dan di setiap tulisanmu.
Dunia rasa-rasanya sedang menuliskan skenario terbaiknya untuk kita.
Lalu kau kemudian memilih pergi. Cerita-ceritamu tak pernah kudengar lagi. Tulisan-tulisanmu bukan sesuatu yang sangat ingin kubaca.
Kau bilang kau sudah tak bisa lagi ada di sini, bersamaku, menemaniku mencapai semua mimpiku. Sudah tak bisa membiarkanku ada di sampingmu, meraih capaian-capaian hidupmu.
Kau bilang aku tak perlu menunggumu dan harus menemukan laki-laki lain yang mencintaiku dan selalu ada untukku. Kau bilang, kau tahu ini akan menyakitiku telalu dalam, tapi kau sudah tak bisa lagi terlalu lama. Kau juga bilang, sama-sama bertahan akan menyakitiku lebih lagi. Menyakitimu juga.
Aku tak tahu lagi mana yang paling menyakitkan. Tetap bertahan atau melepasmu pergi. Atau menunggumu.
Yang manapun aku tetap tak mengerti, toh sama-sama menyakitkan. Tinggal memperbaiki hati yang harus dilakukan. Karena urusan hati dan menjadi kuat adalah tanggung jawab masing-masing orang.
Terinspirasi oleh kisah seorang teman, yang datang dengan hati penuh ingin ditumpahkan. Datang dengan tangis menggunung di pelupuk mata. Datang dengan segumpal kecewa dan segenggam sendu. Namun kemudian pergi dengan senyum dan harapan baru. Baya namanya, bukan nama sebenarnya. Kisah ini sengaja kuabadikan agar kelak saat dia kembali limbung dan nyaris kehilangan pijakan, ada tulisan ini untuk mengingatkan.
Karena seperti katanya padaku, “aku akan baik-baik saja. Meskipun mungkin di rentang waktu itu sisa tangis akan datang menghampiri, sesal akan menelusup hati, kecewa datang bertubi-tubi atau bahkan maki akan diamini. Tapi aku pasti akan baik-baik saja. Mungkin tidak sekarang, mungkin nanti. Dan saat itu, aku akan sudah menemukan laki-laki lain yang lebih keren darinya.”
Bisa jadi yang uni ditinggalkan karena nggak baik untuknya
LikeLiked by 1 person
yaa, bisa jadi hehe 🙂
LikeLike
Kereeen…
LikeLiked by 1 person
Hai Riska 🙂 terima kasih yaa sudah berkunjung. Salam kenal 😊
LikeLiked by 1 person
Salam kenal juga.. Visit back ya ka kalo lagi luang 😊
LikeLiked by 1 person
Hehe oke pasti 🙂
LikeLike
Meninggalkan bisa menjadi awal sebuah cerita pertemuan. 😄😄
LikeLiked by 1 person
waah, iya juga. Bener-bener hehe
LikeLike
Lebih keren itu sama dengan lebih baik ya…
Atau sama sama membandingkan…
Wkwkwk
LikeLiked by 1 person
ahaha, lebih baik mas. dari segala aspek, fufufu 😀
LikeLike